Jurnal Keuangan dan Bisnis
vol. 5, No. 2, Juli 2013
Alda Kartika
(alda_kartika@yahoo.com)
Staf Bagian Pemasaran PTPN II
Penelitian
ini ditulis oleh Alda Kartika dilakukan pada juli 2013, objek yang diteliti
adalah perkebunan kelapa sawit di Indonesia dengan variabel dependen (Y) adalah
etika bisnis.
Industri kelapa sawit di Indonesia
memiliki potensi yang besar terhadap perkembangan ekonomi dan social. Perkembangan
kelapa sawit di indnesia mengalami pertumbuhan yang cukup pesat sejak tahun
1970-an. Namun industri kelapa sawit memiliki banyak masalah dan kendala. Isu-isu
lingkungan yang menganggap bahwa industry ini erat katannya dengan penggundulan,
emisi karbon , dan hilangnya keragaman hayati hutan sehingga membuat lingkungan
menjadi buruk keadaannya. Hal tersebut tentu bertentangan dengan etika
berbisnis yang ada karena tidak mementingkan lingkungan dan seolah olah pihak
perusahaan tidak mau bertanggung jawab atas penebangan pohon.
Sebenarnya, hutan di Indonesia di
lindungi oleh pemerintah, namun pemerintah mengizinkan penebangan hutan untuk
perkebunan. Namun tidak dapat di pungkiri ada saja perilaku pengusaha-pengusaha
nakal yang tidak mengindahkan etika dapam berbisnis dengan tidak mengindahkan
dampak yang akan muncul dari tindakan tidak etisnya tersebut. Di provinsi Riau
telah terjadi perilaku yang tidak sesuai dengan etika dalam berbisnis, menebang
hutan tanpa ditanami kembali (reboisasi). Provinsi Riau kehilangan sektar 65%
lahan hutanya yang digantikan dengan penanaman pohon kelapa sawit dan akasia
hal tersebut menjadi isu berkelanjutan bagi kelangsungan industry kelapa sawit
di Indonesia.
Dalam meakukan usaha tentu persaingan
yang ketat menjadi kerikil-kerikil tajam namun perusahaan dituntut untuk
bertanggung jawab atas apa yang mereka lakukan untuk menjalankan perusahaannya
oleh karena itu perusahaan diwajibkan untuk data melestarikan lingkungan sesuai
yang tertera ada undang-undang N0.23 pasal 5 tahun 1997 tentang pelestarian
lingkungan hidup. Dengan adanya uu tersebut diharapkan perusahaan dapat
menjalankan usahanya dengan penuh tanggung jawab, pelaku bisnis tidak hanya
dituntut untuk mendapatkan keuntungan tetapi diharapkan dapat menjalankan CSR (corporate social responsibility) dengan menerapkan
CSR, perusahaan dapat mempertimbangkan dampak negative bagi masyarakat dan lingkungan
dari usaha yang mereka jalankan.
Kejadian di provinsi Riau merupakan
salah satu perilaku pengusaha yang tidak mengindahkan etika dalam berbisnis. Namun,
masih banyak perusahaan lain yang bergelut di bidang industry kelapa sawit yang
menjalankan usahanya dengan melakukan CSR dan berpenggang teguh pada UU
sehingga kelangsungan keasrian lingkungan masih terjaga dengan demikian sudah
jelas industry kelapa sawit sudah menjalankan prinsip-prinsip etika bisnis
dalam perusahaannya.
Review : jurnal keungan dan bisnis ,
vol. 5, No. 2, Juli 2013 (ETIKA BISNIS PADA INDUSTRI KELAPA SAWIT MELALUI
IMPLEMENTASI GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
Tidak ada komentar:
Posting Komentar